Rabu, 24 Oktober 2012

PENELITIAN KUALITATIF

BAB I

PENDAHULUAN

Tujuan Instruksional Khusus :

Setelah mempelajari bab ini anda diharapkan dapat :
1.    Menjelaskan pengertian penelitian
2.    Menyebutkan dan menjelaskan tiga pendekatan dalam penelitian
3.    Menyebutkan dan menjelaskan tiga metode penelitian dalam penelitian kuantitatif
4.    Menjelaskan pengertian variabel penelitian
5.    Menyebutkan dan menjelaskan lima variabel dalam penelitian
6.    Menyebutkan dan menjelaskan serta memberikan contoh tiga bentuk rumusan masalah dalam penelitian
7.    Menyebutkan dan menjelaskan serta memberikan contoh tiga bentuk hipotesis dalam penelitian
8.    Menyebutkan dan menjelaskan serta memberi contoh empat model paradigma penelitian
9.    Menjelaskan pengertian validitas internal dan eksternal instrumen penelitian
10.    Menguji validitas internal dan eksternal instrumen penelitian
11.    Menjelaskan pengertian reabelitas internal dan eksternal instrumen penelitian
12.    Menguji reabelitas internal dan eksternal instrumen penelitian   



A.    Pengertian

Penelitian merupakan pendekatan yang sistiamatis  untuk mendapatkan jawaban dari suatu pertanyaan. Dari pengertian itu, terdapat tiga komponen utama yang perlu difahami : pertanyaan, pendekatan yang sistimatis, dan jawaban. Penelitian dimulai dengan adanya masalah yang dapat dirumuskan dalam suatu pertanyaan. Kemudian untuk mendapatkan jawaban yang tepat maka memerlukan pendekatan yang sistimatis. 
Pertanyaan penelitian harus dirumuskan secara spesifik, agar tidak menimbulkan berbagai penafsiran yang berbeda dari berbagai pihak untuk memberikan jawabannya. Pendekatan yang sistimatis adalah  pendekatan yang menggunakan logika dan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, proses penelitian dirancang sesuai dengan paradigma-paradigma tertentu sesuai dengan masalah penelitian yang telah dirumuskan.
Metode penelitian selain harus dapat memberikan jawaban secara efektif tepat pada sasaran, juga harus efisiensi. Untuk itu maka harus diketahui juga berbagai pendekatan dalam penelitian, sehingga peneliti dapat memutuskan pendekatan mana yang paling efisiensi untuk memberikan jawaban.
B.    Pendekatan dalam Penelitian
Istilah pendekatan sering diartikan dengan metode, strategi, dan diasain. Bila dilihat dari analisa datanya , terdapat tiga pendekatan dalam penelitian yaitu pendekatan kualitatif, pendekatan kuantitatif dan kombinasi dari pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
1.    Pendekatan Kualitatif
Pendekatan kualitatif adalah suatu strategi pemecahan masalah dalam penelitian tanpa menggunakan analisis statistik, tetapi dengan menggunakan cara berfikir logis berdasarkan data kualitatif yang dikumpulkan melalui observasi atau wawancara secara mendalam terhadap objek atauu subjek penelitian. Metode ini digunakan untuk mendapatkan informasi diskriptif, asosiatif, hubunagn simeteris, sebab-akibat, komparatif, tentang masalah yang diteliti dari objek atau subjek penelitian dalam situasi natural atau alami. Sampel penelitian tidak diambil secara random, tetapi dipilih  ( proporsive sampling ) dengan alasan-alasan tertentu. Pola pikir penelitian bersifat induktif, dengan demikian proses penelitian tidak akan menguji hipotesis, tetapi menghasilkan hipotesis. Untuk itu dalam analisa data tidak menggunakan teknik statistik tetapi melalui constant comparative method. Perlu diketahui bahwa penelitian ini tidak menolak data kuantitatif.
Penelitian yang  menggunakan pendekatan kualitatif adalah Grounded Research dimana data dikumpulkan melalui wawancara bebas. Grounded Research merupakan reaksi yang tajam dan sekali gus menyajikan jalan keluar dari stagnasi teori dalam ilmu-ilmu sosial dengan penitik beratan pada sosiologi. Selama ini penelitian dalam ilmu-ilmu sosial cenderung menggunakan pendekatan kuantitatif melalui tes statistik. Hasil akhir dari penelitian merupakan verivikasi dari teori atau hipotesa untuk diterima atau ditolak. Oleh karena itu tidak bertolak dari data atau situasi sosial, tetapi dari hipotesis, konsep dan teori yang sudah mapan yang mungkin sekali tidak relevan untuk situasi sosial yang khas dari masyarakat yang diteliti. Karena siftanya verivikasi atau pengecekan terhadap teori yang sudah tersedia, maka teori-teori baru tidak tumbuh dan berkembang. Sebaliknya terkadang timbul teori baru tetapi tidak pula berdasarkan data yang sebenarnya di lapangan. Jadi terlepas dari data.
Grounded Research menyajikan suatu pendekatan yang baru. Data merupakan sumber teori, teori berdasarkan data dan karena itu dinamakan grounded. Kategori-kategori dan konsep-konsep dikembangkan peneliti di lapangan. Data yang bertambah  dimanfaatkan untuk verivikasi teori yang timbul di lapangan yang harus terus menerus disempurnakan selama penelitian berlangsung.

     
2.    Pendekatan Kuantitatif  
Pendekatan kuantitatif adalah suatu strategi pemecahan masalah dalam penelitian dengan menggunakan analisis statistik berdasarkan data kuantitatif yang dikumpulkan melalui angket atau questioner dari subjek penelitian. Seperti pendekatan kualitatif, pendekatan ini juga digunakan untuk mendapatkan informasi deskriptif, asosiatif, hubungan simetris, sebab- akibat, dan komparatif mengenai masalah yang diteliti dari objek penelitian. Sampel penelitian diambil secara random. Pola pikir penelitian bersifat deduktif. Dengan demikian, proses penelitian dilakukan untuk membuktikan atau menguji hipotesis. Metode penelitian termasuk dalam pendektan kuantitatif adalah metode survei, metode diskriptif dan metode eksprimen. 
a.   Metode Suevei
Dalam survei, informasi dikumpulan dari responden dengan menggunakan questioner. Umumnya pengertian survey dibatasi pada penelitian yang datanya dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili populasi. Ini berbeda dengan sensus yang informasinya dikumpulkan dari seluruh populasi. Dengan demikian penelitian survey adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan questioner sebagai alat pengumpul data pokok ( Singarimbun, 1987 : 3 ).
Sejalan dengan pendapat di atas, Karlinger dalam ( Sugiyono, 1991 : 3 ) mengatakan bahwa metode penelitian survei adalah penelitian yang dikenakan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga dapat ditemukan kejadian-kejadian yang relatif, distribusi, hubungan antar variabel, baik variabel psikologis maupun sosilogis.
Pada umumnya, yang merupakan unit analisis dalam penelitian survei adalah individu. Untuk penelitian tertentu, unit analisa mungkin pasangan suami isteri, pasangan yang sudah bercerai, atau rumah tangga secara keseluruhannya, tetapi satu wawancara untuk satu questioner tetap ditujukan kepada satu orang.
Data hasil penelitian disajikan secara menyeluruh berdasarkan data sekunder yang didapat melalui observasi di lapangan. Umumnya data yang berkaitan dengan diskripsi daerah penelitian. Selanjutnya menjurus kepada data objek atau subjek yang diteliti yang didapat melalui alat pengumpul data berupa questioner yang telah diolah dengan teknik analisa data statistik sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian.   
      b. Metode Diskriptif
Menurut Hadari  Nawawi ( 1983 : 63 ) metode penelitian diskriptif diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang dislidiki dengan cara menggambarkan/melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian ( seseorang, lembaga, masyarakat dll ) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.
Untuk mendiskripsikan fakta-fakta, pada tahap permulaan tertuju pada usaha mengemukakan gejala-gejala secara lengkap di dalam aspek yang diteliti agar jelas keadaan atau kondisinya. Oleh karena itu, pada tahap ini metode diskriptif tidak lebih daripada penelitian yang bersifat fact finding ( penemuan fakta-fakta seadanya ). Untuk mengetahui keadaan atau kondisi aspek yang diteliti secara  keseluruhan perlu dibandingkan dengan ukuran atau standar tertentu yang dijadikan acuan dalam penentuan variabel penelitian.
Pada tahap berikutnya metode ini harus diberi bobot yang lebih tinggi karena sulit untuk dibantah bahwa hasil penelitian yang sekedar mendiskripsikan fakta-fakta tidak banyak artinya khususnya bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Untuk itu metode penelitian ini dikembangkan tidak hanya terbatas melukiskan fenomena atau gejala dari beberapa aspek yang diteliti menurut apa adanya, berdasarkan data hasil penelitian, tetapi diperluas dengan menghubungkan atau mengkorelasikan antara aspek atau variabel dengan aspek atau variabel yang lain atau membandingkan suatu aspek atau variabel yang diteliti dengan dua atau beberapa populasi dalam penelitian.
Dalam metode diskriptif, data penelitian dikumpulkan melalui angket sebagai alat pengukur data yang pokok. Pedoman wawancara dan alat observasi sebagai pengumpul data pembantu. Penelitian terhadap populasi dilakukan dengan menggunakan sampel yang diambil secara random. Data dianalisa dengan menggunakan teknik staistik sesuai dengan rumusan masalah penelitian.
Berdasarkan uraian di atas metode diskriptif dapat pula diartikan sebagai suatu strategi pemecahan masalah dalam penelitian dengan menggunakan angket sebagai alat pengumpul data pokok yang ditujukan kepada responden sebagai sampel penelitian.
Metode diskriptif bila dibandingkan dengan metode survei terdapat perbedaan sebagai berikut :
1.    Metode diskriptif  teknik pengumpul data adalah teknik komunikasi tidak langsung  dan angket sebagai alat pengumpul data pokok. Sedangkan survei teknik komunikasi langsung dan questioner sebagai  alat  pengumpul data pokok.
2.    Peneliti umumnya tidak terlibat langsung dalam proses pengumpul data penelitian, sedangkan metode survei terlibat langsung dalam proses pengumpulan data penelitian, bila tidak menggunakan tenaga peneliti.
3.    Data yang dikumpulkan umumnya data primer sedangkan metode survei disamping data primer, juga data sekunder.
4.    Umumnya hanya menyajikan data hasil penelitian. Sedangkan metode survei tidak hanya menyajikan data hasil penelitian, juga data sekunder yang berkaitan dengan daerah penelitian.
5.    Hanya menganalisa variabel yang diteliti sedangkan survei tidak hanya menganalisa variabel yang diteliti, tetapi juga variabel variabel yang berhubungan dengan variabel penelitian         
Metode diskriptif dapat digolongkan menjadi tiga bentuk sebagai berikut :
a.   Survey Studies
Survey pada dasarnya tidak berbeda dengan research ( penelitian ). Pemakaian kedua istilah ini hanya dinaksudkan untuk memberikan penekanan mengenai ruang lingkup penelitiannya. Risearch memusatkan diri pada salah satu aspek atau beberpa aspek  dari objeknya. Sedangkan survey bersifat menyeluruh yang kemudian akan dilanjutkan secara  mengkhusus pada aspek tertentu bilamana diperlukan studi yang lebih mendalam. Survey pada dasarnya tidak sekedar memaparkan data tentang objeknya, akan tetapi juga menginterpretasikan dan membandingkannya dengan ukuran standard tertentu yang sudah ditetapkan.
b.    Interrelationship Studies
Bentuk metode diskriptif ini  tidak hanya sekedar menggambarkan atau melukiskan keadaan objeknya berdasarkan fakta fakta yang ada, tetapi juga menghubung-hubungkan fakta-fakta yang satu dengan yang lainnya sehingga suatu kondisi atau peristiwa dapat difahami dengan baik. Dengan menghung-hubungkan fakta-fakta tersebut secara objektif, maka cakrawala pemecahan masalah menjadi semakin luas dn kegunaan hasil penelitian semakin bermanfaat.
Ada beberapa cara penelitian dengan bentuk interrelationship studies ini yaitu :
1). Studi Kasus ( Case studies )
Penenelitian ini memusatkan diri secara intensif terhadap suatu objek tertentu dengan mempelajarinya sebagai suatu kasus. Seorang peneliti harus mengumpulkan data setepat-tepatnya dan selengkap-lengkapnya dari kasus tersebut untuk mengetahui sebab-sebab yang sesungguhnya. Data yang terkumpul disusun dan dipelajari menurut urutannya dan dihubungkan satu dengan yang lain secara menyeluruh dan integral agar menghasilkan gambaran umum dari kasus yang diselidiki.  
2). Causal Comparative Studies
Penelitian ini pada tahap pertama dilakukan dengan menyajikan dan menggambarkan fakta-fakta seadanya untuk memperjelaskan bagaimana keadaan suatu gejala atau keadaan dari objek atau subjek yang dielidiki. Diusahakan pula mempelajari sebab-sebab mengapa gejala-gejala atau keadaan itu demikian.Selanjutnya dilakukan usaha membanding-bandingkan gejala guna mencari kesamaan dan perbedaannya.
3).  Corelationn Studies
Penenelitian  dengan cara ini juga pada tahap pertama dilakukan dengan menyajikan dan menggambarkan fakta-fakta atau gejala gejala dari objek atau subjek yang diteliti untuk mengetahui kondisi atau status gejala yang diteliti. Tahap selanjutnya adalah berusaha untuk mengungkapkan hubungan antara gejala yang diselidiki. Seberapa besar intensitas hubungan tersebut diukur dengan menggunakan prosedur matematis dengan menyatakan koofisien korelasinya.
c.    Developmental  Studies.
Studi ini bermaksud untuk menggambarkan tentang keadaan objek yang diselidiki melalui kurun waktu tertentu secara kontinyu dari awal hingga saat sekarang. Untuk itu peneliti dapat menggambarkan perkembangan berbagai variabel dari aspek yang diselidikinya, mungkin sebulan, setahun atau lebih sampai pada bagaimana adanya gejala itu pada masa sekarang.
c.    Metode Ekspriment
Metode ekspriment adalah adalah suatu metode penelitian yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang hubungan sebab akibat antara variabel dalam kondisi yang terkontrol. Hubungan sebab akibat yang ditemukan tidak hanya berdasarkan pemikiran logis berdasarkan variabel yang ditetapkan dalam penelitian, tetapi betul-betul berdasarkan data empirik.
Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dan kalau ada seberapa besarnya, maka dapat diakukan dengan cara membandingkan keadaan sebelum diberikan perlakuan dan sesudah diberikan perlakuan atau dengan membandingkan kelompok yang diberikan perlakuan dengan kelompok yang tidak diberikan perlakuan. Dalam pendekatan kuantitatif, peneliti dapat memilih salah satu dari tiga metode penelitian diatas yang dianggap lebih tepat dan efisien unutk menjawab suatu permasalahan atau pertanyaan penelitian yang dirumuskan.
Untuk mendiskripsikan suatu keadaan, mencari hubungan antar variabel yang satu dengan variabel yang lain atau membandingkan antara populasi yang satu dengan populasi yang lain terhadap ssuatu variabel dalam populasi yang besar, maka akan lebih tepat bila menggunakan metode survey. Bila jumlah populasi penelitian tidak begitu besar, maka dapat menggunakan metode diskriptif. Sedangkan untuk mencari pengaruh antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dalam kondisi yang terkontrol, misalnya mencari pengaruh metode mengajar terhadap hasil belajar siswa, maka akan tepat menggunakan metode eksprimen.
3.    Kombinasi Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif
Dalam upaya memperkaya dan lebih memahami fenomena sosial yang diteliti, terdapat usaha untuk menambah informasi kualitatif pada data kuantitatif dalam suatu penelitian. Dalam penelitian survei, umpamanya data kualitatif dikumpulkan dengan menggunakan slip yakni sepotong kerta yang khusus disediakan untuk itu, disamping penggunaan questioner. Apabila responden memberi keterangan kualitatif tambahan terhadap pertanyaan tertentu, maka asisten lapangan mencatatnya pada slip. Informasi tambahan lainnya kalau ada yang dianggap bermanfaat ditulis pada slip. Slip diberi identifikasi, baik nomor dan responden maupun acuannya pada nomor pertanyaan dalam questioner. Slip disusun secara sistimatis, untuk digunakan waktu menganalisa data.
Sedangkan dalam penelitian diskriptif, data kualitatif dikumpulkan melalui wawancara dan observasi. Wawancara dilakukan dengan menggunkan panduan wawancara . Sedangkan observasi dengan menggunakan check list atau skala penilaian mengenai variabel yang diteliti. Data dikumpulkan dengan maksud untuk mengecek kebenaran atau unutk mendukung data angket. Dalam laporan penelitian data penelitian baik data kuantitatif maupun data kualitatif disajikan menurut apa adanya dan dinterpretasikan. Data kuantitatif dinterpretasikan secara statistik dan data kualitatif dinterpretasikan secara logis.   
     
C.    Rumusan Masalah dan Hipotesis

Rumusan masalah dan hipotesis mempunyai hubungan yang erat, karena hipotesis yang dirumuskan selalu berdasarkan pada rumusan masalah. Dalam hal ini hipotesis dapat dinyatakan sebagai jawaban yang bersifat teoritis terhadap rumusan masalah yang masih perlu dibuktikan kebenarannya.  
1.  Bentuk Rumusan Masalah penelitian Kuantitatif
Rumusan masalah dalam penelitian kuantitatif  dapat dikelompkan ke dalam tiga bentuk yaitu :
a.    Rumusan masalah diskriptif, yaitu merupakan pertanyaan berkenaan dengan keadaan atau status dari suatu variabel atau lebih tanpa membandingkan dan membat hubungan diantara variabel tersebut. Contohnya adalah sebagai berikut :
1). Seberapa tinggi disiplin guru dalam mengajar ?
2). Seberapa baik motivasi belajar mahasiswa di perguruan Tinggi Swasta ?
3). Bagaimana pelaksanaan layanan Bimbingan Belajar yang diberikan guru pembimbing di sekolah ?
b.  Rumusan masalah komparatif, yaitu masalah yang menanyakan perbandingan antara dua variabel atau lebih dari dua atau lebih populasi. Contohnya adalah sebagai berikut :
1). Adakah perbedaan kemampuan mengajar antara guru berijazah sarjana pendidikan dengan non sarjana pendidikan ?
2). Adakah perbedaan disiplin mengajar antara guru SLTP negeri dengn SLTP Swasta ?
3). Bagaimanakah kemampuan layanan bimbingan belajar guru pembimbing yang berijazah BK dibandingkan dengan yang berijazah non BK ?
c.   Rumusan masalah korelasi, yaitu masalah yang menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Hubungan ini dapat bersifat simetris, sebab akibat maupun saling mempengaruhi. Sebagai contoh :
1). Simetris ( bukan sebab akibat dan saling mempengaruhi )
a). Adakah hubungan antara prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia dengan matimatika ?
b). Adakah hubungan antara penampilan guru dengan disiplin mengajar?
c). Adakah hubungan antara struktur fisil guru pembimbing dengan kemampuan memberikan layanan bimbingan belajar ?
2). Sebab akibat/kausal/pengaruh
a). Adakah pengaruh motivasi belajar yang diberikan guru dengan hasil belajar siswa ?
b). Seberapa besar pengaruh pengawasan oleh Kepala Sekolah terhadap disiplin mengajar guru ?
3). Saling mempengaruhi/hubungan simultan. 
a). Bagaimana hubungan simultan antara motivasi dengan prestasi belajar siswa ?
b). Seberapa tinggi hubungan simultan antara motivasi dengan aktivitas belajar siswa ?


2.   Bentuk Hipotesis
Kalau rumusan masalah dinyatakan dengan kalimat tanya, maka hipotesis dinyatakan dengan kalimat pernyataan. Hipotesis yang diuji dengan statistik  dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :
a.    Hipotesis alternatif, yaitu hipotesis yang dinyatakan dalam kalimat positif.
b.    Hipotesis nol, yaitu hipotesis yang dinyatakan dalam kalimat negatif. 
Hipotesis pada dasarnya adalah jawaban terhadap rumusan masalah penelitian. Oleh karena itu bentuk rumusan hipotesis mengikuti bentuk rumusan masalah. Karena rumusan masalah terdapat tiga bentuk, maka dalam rumusan hipotesis juga terdapat tiga bentuk, sebagai berikut : 
a.    Hipotesis diskriptif
Hipotesis alternatif  : ” Tingkat disiplin guru mengajar tinggi sekali ”.
Hipotesis nol :            ” Tingkat disiplin guru mengajar sangat rendah ”   
b.    Hipotesis komparatif
Hipotesis alternatif : ” Terdapat perbedaan kemampuan mengajar antara guru berijazah sarjana kependidikan dengan sarjana non kependidikan ”.
Hipotesisi nol :           ” Tidak terdapat perbedaan kemampuan mengajar antara guru berijazah sarjana kependidikan dengan sarjana non kependidikan ”.
c.    Hipotesis korelatif
Hipotesis alternatif :  ” Terdapat hubungan yang positif antara motivasi belajar yang diberikan guru dengan hasil belajar siswa.
Hipotesis nol :              ” Tidak terdapat korelasi positif antara motivasi belajar yang diberikan guru dengan hasil belajar ”.
D.    Variabel Penelitian

1.    Pengertian Variabel Penelitian

Hach dannFarady dalam ( Sugiyono, 1991 ) mendifinisikan  variabel adalah sebagai atribut dari sesorang atau atau obyek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan orang lain  atau antara satu objek dengan objek lainnya. Sejalan dengan difinisi tersebut, Sutrisno Hadi dalam ( Suharsimi, 1987 ) mendifinisikan variabel sebagai suatu gejala yang bervariasi seperti jenis kelamin laki-laki  perempuan,berat badan, ada yang berat 40 kg, 50 kg dan sebagainya.
Sekelompok orang yang mempunyai pendidikan sarjana pada bidang studi yang sama, maka tingkat pendidikan sarjana ini, bukan variabel, karena tidak ada variasinya semua sama. Sekelompok orang yang mempunyai tinggi, kemampuan dan sikap yang berbeda, maka ketiga hal ini masing masing disebut variabel tinggi, kemampuan dan sikap.
Bila peneliti ingin mengetahui hubungan antara tinggi dan berat badan dari populasi tertentu, maka sampel yang dipilih haruslah mempunyai variasi tinggi dan berat badan. Variasi ini biasanya membentuk distribusi normal.
2.    Macam Macam variabel
Menurut hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lainnya, maka macam-macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan      menjadi :
a.    Variabel bebas
Variabel ini adalah variabel yang mengandung gejala atau faktor-faktor yang menentukan atau mempengaruhi ada atau munculnya variabel yang lain yang disebut variabel terikat. Tanpa variabel ini, variabel terikat tak akan muncul atau tidak ada. Dengan demikian berarti perubahan variabel ini akan berakibat munculnya variabel terikat yang berbeda atau sama sekali tidak muncul atau tidak ada.    
b.    Variabel terikat
Variabel ini adalah variabel yang ada atau munculnya ditentukan atau dipengaruhi oleh variabel bebas. Ada atau munculnya variabel ini karena variabel bebas tertentu,  tidak mungkin lain dari pada seharusnya. Dengan kata lain munculnya tidaknya, atau ada tidaknya variabel ini tergantung atau terikat ada tidaknya atau munculnya variabel bebas.
c.    Variabel  kontrol
Variabel ini adalah variabel yang harus dikendalikan pengaruhnya agar tidak mempengaruhi veriabel bebas dan variabel terikat. Dengan mengendalikan pengaruhnya berarti variabel ini, tidak mempengaruhi ada tidaknya, atau muncul tidaknya variabel terikat. Salah satu usaha untuk mengendalikan pengaruh variabel ini adalah dengan mengatur agar memiliki kesamaan pengaruh terhadap semua unsur sampel sebagai subjel atau objel penelitian. Untuk itu variabel ini di lingkungan sampel harus diusahakan sama agar muncul tidaknya  atau ada tidaknya variabel terikat benar benar karena hanya variabel bebas, bukan variabel lain. Bilamana terdapat variabel lain yang tidak dapat dikontrol atau dikendalikan, maka variabel itu harus ditempatkan sebagai variabel antara. Selanjutnya bilamana masih terdapat juga, variabel yang tidak dapat dikontrol dan tidak dapat dijadikan variabel antara, maka variabel itu harus dinyatakan sebagai variabel ekstrane. Pengakuan tentang adanya variabel ekstrane ini merupakan kejujuran peneliti yang dituntut oleh kode etik ilmiah. Karena variabel ini merupakan faktor yang memungkinkan terjadinya kekeliruan dalam mengambil kesimpulan.
d.    Variabel Antara   
Variabel ini adalah gejala-gejala yang tidak dapat dikontrol akan tetapi dapat diperhitungkan pengaruhnya terhadap variabel bebas, sehingga dapat berpengaruh pula terhadap variabel terikat. Salah satu usaha untuk memperhitungkannya adalah dengan melakukan blok pada sampel. Misalnya dengan memperhitungkan pengaruh perbedaan jenis kelamin, perbedaan tingkat pengehasilan,perbedaan intelegensi, perbedaan tingkat kelas dan lain lain. 
e.    Variabel Ekstrane
Variabel ini terdiri dari gejala-gejala yang tidak dapat dikontrol dan tidak dapat diperhitungkan dan juga tidak dapat diiliminir dari sampel yang diselidiki. Pada dasarnya variabel ini sulit dan tidak dapat diketahui secara pasri terutama bila sampel penelitian terdiri dari manusia yang bersifat heterogen. Dalam hubungan ini terdapat variabel ekstrane yang tidak diketahui. Pengujian hipotesis melalui perhitungan statistik telah memperhitungkan dengan tingkat signifikansi atau tingkat kepercayaan dalam menerima atau menolak hpotesa.  Dengan kata lain penentuan signifikansi itu sebenarnya berarti pula penentuan sampai berapa persen kemungkinan terjadinya kekeliruan dalam penerimaan atau penolakan hipotesa.

E.    Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian dapat diartikan sebagai model atau pola pikir yang dapat menunjukan hubungan antara variabel yang akan diteliti, sehingga akan mudah dirumuskan masalah penelitiannya, pemilihan teori yang akan digunakan untuk merumuskan hipotesis, rumusan hipotesis yang diajukan, instrumen penelitian , teknik analisis data yang digunakan, serta kesimpulan yang diharapkan.
Ada beberapa paradigma dalam penelitian diskriptif kuantitatif, antara lain adalah sebagai berikut :
1. Paradigma dengan variabel tunggal, terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Contoh :
      
                


X       =    Motivasi belajar yang diberikan oleh guru
Y       =    Hasil belajar siswa
Rumusan masalah dalam bentuk penelitian korelasi adalah sebagai berikut :
a). Seberapa besar motivasi belajar yang diberikan oleh guru ?
b). Seberapa tinggi hasil belajar yang dicapai siswa ?
c). Adakah hubungan antara motivasi belajar yang diberikan oleh guru dengan hasil belajar
d). Berapa besar konstribusi motivasi belajar yang diberikan guru terhadap hasil belajar siswa
e). Bila motivasi belajar yang diberikan guru ditingkatkan, seberapa besar hasil belajar siswa akan meningkat ?
Kelima pertanyaan tersebut, setelah data variabel X dan Y terkumpul dapat terjawab dengan analisa statistik misalnya :
1)    Pertanyaan a dan b dengan statistik diskriptif melalui perhitungan persentase, rata-rata, simpang baku dan lain-lain.
2)    Pertanyaan  dengan analisa korelasi
3)    Pertanyaan dengan menghitung koefisien diterminasi ( r2 )
4)    Pertanyaan  dengan analisa regresi
Rumusan masalah dalam bentuk penelitian komparasi, umpamanya X adalah kemampuan mengajar guru yang berijazah pendidikan dan Y adalah kemampuan guru yang berijazah sarjana non kependidikan. Rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
a.    Bagaimana kemampuan mengajar guru yang berijazah sarjana pendidikan ?
b.    Bagaimana kemampuan guru yang berijazah sarjana non kependidikan ?
c.    Apakah terdapat perbedaan kemampuan mengajar abtara guru yang berijazah sarjana pendidikan dengan guru yang berijazah sarjana non kependidikan ?
Untuk pertanyaan a dan b dapat dianalisa dengan statistik diskriptif. Sedangkan untuk pertanyaan c dapat dianalisa dengan ” t ” tes.





2.   Paradigma dengan variabel tunggal berurutan :




   Pada paradigma ini rumusan masalah penelitian akan lebih banyak dari nomor 1
Contoh paradigma seperti ini adalah sebagai berikut : umpamanya peneliti ingin mengetahui perbedaan uasah wali kelas dalam meotivasi blajar siswa di suatu Sekolah Menengah Umum. X1 adalah usaha wali kelas I memotivasi belajar siswa, X2 adalah usaha wali kelas II memotivasi belajar siswa dan X3 adalah usaha wali kelas III memotivasi belajar siswa, maka rumusan masalahnya dalah sebagai berikut :
a).  Bagaimana usaha wali kelas I memotivasi siswa belajar ?
b).  Bagaimana uasah wali kelas II memotivasi siswa belajar ¿
c).  Bagaimana usaha wali kelas III memotivasi siswa belajar ?
d). Apakah terdapat perbedaan antara wali kelas I dan Wali kelas II dalam memotivasi siswa belajar ?
e). Apakah terdapat perbedaan antara wali kelas II dan wali kelas III dalam meotivasi siswa belajar ?
f). Apakah terdapat perbedaan antara wali kelas I dan wali kelas III dalam meotivasi siswa belajar ?
3.   Paradigma dengan variabel ganda, terdiri dari dua variabel bebas dan satu variabel terikat atau sebaliknya. Contoh :








X1 =  Motivasi belajar yang diberikan guru
      X2 = Disiplin mengajar guru
 X3 = Prestasi belajar siswa
Rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
a). Bagaimana motivasi belajar yang diberikan oleh guru ?
b). Bagaimana disiplin mengajar guru ?
c). Bagaimana prestasi belajar siswa ?
d). Adakah hubungan antara motivasi belajar yang diberikan guru dengan prestasi belajar siswa ?
e). Adakah hubungan anara motivasi belajar yang diberikan guru dengan disiplin mengajar guru ?
f). Adakah hubungan antara motivasi belajar yang diberikan guru dengan disiplin mengajar guru ?
g). Seberapa besar kontribusi motivasi belajar yang diberikan guru terhadap prestasi belajar siswa ?
h). Seberapa besar konstribusi disiplin mengajar guru terhadap prestasi belajar siswa ? 
i). Seberapa besar konstribusi motivasi belajar yang diberikan guru dan disiplin mengajar guru terhadap prestasi belajar siswa ?
j).  Bila motivasi belajar yang diberikan guru ditingkatkan, seberapa tinggi prestasi belajar siswa meningkat ?
k). Bila disiplin mengajar guru ditingkatkan, seberapa tinggi prestasi belajar siswa meningkat ?
l). Bila motivasi belajar yang diberikan guru dan disiplin mengajar guru ditingkatkan, seberapa tinggi prestasi belajar siswa meningkat ?
Keduabelas pertanyaan penelitian itu, setelah data tiap variabel diperoleh, maka teknik statistik yang dapat membantu memberikan jawaban :
1). Pertanyaan a,b dan c dengan statistik diskriptif
2). Pertanyaan d, e dan f dengan analisa korelasi sederhana
3). Pertanyaan g, h dan i dengan menghitung koefisien diterminasi ( r2) 
4). Pertanyaan j dan  k  dengan regresi sederhana
5) Pertanyaan l dengan regresi ganda.
4.   Paradigma jalur, merupakan paradigma yang terdapat variabel antara, contoh :














X1 = Status sosial ekonomi
X2 = Intelegensi ( IQ )
X3 = Motivasi berprestasi
Y = Prestasi Belajar
Pertanyaan penelitian dalam paradigma jalur, tersebut tentu akan lebih    banyak lagi. Tetapi bilamana peneliti sudah mengerti dan dapat menggunakan teknik statistik, maka untuk analisis jalur ini tidak akan mengalami kesulitan.
Paradigma ( model hubungan antara variabel ) dalam metode penelitian cukup banyak, keempat contoh yang diberikan masih dapat dikembangkan.

Rangkuman
Penelitian adalah merupakan pendekatan yang sistimatis unutk mendapatkan jawaban dari suatu pertanyaan. Pengertian tersebut menunjukan bahwa ada tiga hal penting yang perla difahami yaitu pendekatan yang sistimatis, pertanyaan penelitian dan jawaban atas pertanyaan tersebut. Pendekatan sistimatis adalah prosedur yang harus ditempuh dalam usa unutk mencari jawaban terhadap pertanyaan penelitian. Pertanyaan penelitian adalah sesuatu yang menimbulkan tanda tanya karena adanya ketidak serasian atau kesesuaian antara seharusnya dengan kenyataan yang dilihat di lapangan. Sedangkan jawaban terhadap pertanyaan penelitian adalah kesimpulan hasil penelitian yang ditemukan estela melalui pengumpulan data, pengolhan dan interpretasi data.
Ada tiga pendekatan yang dapat dilakukan dalam penelitian yaitu :  pendekatan kualitatif, kuantitatif dan gabungan kedua pendekatan tersebut. Pendekatan kualitatif adalah strategi pemecahan masalah dalam penelitian dengan menggunakan analisa secara logis melalui pemikiran secara induktif tanpa menggunakan perhitungan statistik. Pendekatan kuantitaif adalah strategi pemeahan masalah dalam penelitian dengan menggunkan analisa secara statistik. Sedankan unutk mengatasi kelemahan penggunaan kedua pendekatan tersebut dalam pemecaham masalah penelitian, pendekatan yang digunakan adalah gabungan kedua pendekatan tersebut.
Ada tiga metode penelitian dalam pendekatan kuantitatif yaitu : 1) metode survei 2) metode diskriptif dan 3) metode exprimen. Metode survei adalah suatu strategi pemecahan masalah penelitian yang menggunakan questioner sebagai alat pengumpul data pokok. Metode diskriptif adalah suatu strategi pemecahan masalah penelitian dengan menggunakan angket sebagai alat pengumpul data utamanya. Sedangkan metode eksprimen adalah suatu strategi pemecahan masalah penelitian dengan melakukan percobaan unutk mendapatkan informasi hubungan sebab akibat antara variabel dalam kondisi yang terkontrol.
Ada tiga bentuk rumusan masalah dalam penelitian yaitu : 1) Rumusan masalah diskriptif 2) Rumuasan masalah korelasi dan 3) Rumusan masalah komparasi. Rumusan masalah diskriptif adalah pertanyaan yang berkenaan dengan keadaan atau status dari satu variabel peneltian atau lebih tanpa mencari hubungan atau membandingkan. Rumusan masalah korelasi adalah pertanyaan yang menanyakan tentang hubungan antara dua variabel. Sedankan rumusan masalah komparasi adalah pertanyaan penelitian yang menanyakan tentang perbedaan antara dua sampel yang diteliti terhadap suatu variabel.
Sehubungan dengan rumusan masalah penelitian, maka ada ada tiga bentuk rumusan masalah hipotesisi penelitian yaiyu : 1) Hipotesisi diskriptif 2) Hipotesis korelasi dan 3 ) Hipotesis komparasi. Hipotesisi diskriptif adalah pernyataan yang berkenaan dengan status atau keadaan variabel yang diteliti. Hipotesis korelasi adalah pernyataan tentang hubungan antara dua variabel yang diteliti dan hipotesis komparatif adalah pernyataan tentang perbedaan dua sampel yang diteliti dengan suatu variabel.
Vraibel penelitian adalah suatu gejala yang bervariasi yang menjadi objek penelitian. Ada lima macam variabel penelitian yaitu variabel bebas, variabel terikat, variabel antara, variabel kontrol dan variabel ekstrane. Variabel bebas adalah variabel yang menyebabkan munculnya variabel terikat. Variabel terikat adalah variabel yang muncul disebabkan karena adanya variabel bebas. Variabel antara adalah variabel yang diperhitungkan pengaruhnya terhadap variabel bebas dan terikat. Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan pengaruhnya agar tidak mempengaruhi variabel bebas dan variabel terikat. Variabel ekstrane adalah variabel yang tidak dapat dikontrol, tidak dapat diperhitungkan dan tidak dapat dihilangkan pengaruhnya terhadap variabel bebas dan variabel terikat.
Ada empat model paradigma penelitian yaitu : 1) Paradigma dengan variabel tunggal 2) Paradigma dengan variabel tunggal berurutan 3) paradigma dengan variabel ganda dan 4) paradigma jalur. Paradigma dengan dengan tunggal adalah terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Paradigma dengan variabel tunggal berurutan terdiri dari lebih dua variabel yang setara dan saling berhubungan secara berurutan. Paradigma dengan variabel ganda terdiri dari satu variabel bebas dan dua atau lebih variabel terikat atau sebaliknya terdiri dari dua atau lebih variabel bebas dan satu variabel terikat. Sedangkan paradigma jalur terdiri dari dua variabel bebas dan satu variabel antara dan variabel terikat.

E v a l u a s i
1. Jelaskan pengertian penelitian ?
2. Sebutkan dan jelaskan tiga pendekatan dalam penelitian ?
3. Sebutkan dan jelaskan tiga metode penelitian dalam penelitian kualitatif ?
4. Sebutkan dan jelaskan serta beri contoh tiga rumusan masalah penelitian ?
5. Sebutkan dan jelaskan serta beri contoh tiga bentuk hipotesis penelitian ?
6. Jelaskan apa itu variabel penelitian ?
7. Sebutkan dan jelaskan lima variabel penelitian ?
8. Sebutkan dan jelaskan serta beri contoh empat model paradigma penelitian ?
9. Jelaskan apa itu validitas internal dan eksternal suatu instrumen penelitian ?
10. Jelaskan apa itu releabelitas internal dan sksternal instrumen penelitian ?
11. Latihan menguji validitas internal dan eksternal instrumen penelitian ?
12. Latihan menguji releabelitas internal dan eksternal instrumen penelitian ?

DAFTAR  KEPUSTAKAAN
Hadari Nawawi. ( 1985 ). Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta : Universitas Gajah mada Press

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi. ( 1989 ). Metode Penelitian Survey. Jakarta : LP3ES

Sugiyono. ( 2004 ). Metode Penelitian Administrasi. Bandung : CV Alfabeta

Suharsimi Arikunto. ( 1987 ). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Bina Aksara

Lexy J Maleong. ( 2002 ). Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Zuldafrial. ( 2005 ). Penelitian Kualitatif. Pontianak : STTIP-PGRI  Pontianak    






yg pengen materi selanjutnya hub kem himageo hee

Bioma

Bioma
Pada habitat darat dikenal istilah Bioma yaitu daerah habitat yang meliputi skala yang luas. Berikut ini hanya akan dibahas beberapa bioma utama yaitu:
1. Bioma gurun dan setengah gurun
2. Bioma padang rumput
3. Bioma hutan tropis
4. Bioma hutan gugur
5. Bioma hutan taiga
6. Bioma tundra
7. Bioma sabana
8. Bioma hutan bakau (mangroul)
9. Bioma hutan lumut
10. Bioma Hutan Musim
1. Bioma Gurun dan Setengah Gurun
Bioma gurun dan setengah gurun banyak ditemukan di Amerika Utara, Afrika Utara, dan Asia Barat.
Ciri-ciri:
1.    Curah hujan sangat rendah, + 25 cm/tahun
2.    Kecepatan penguapan air lebih cepat dari presipitasi
3.    Kelembaban udara sangat rendah
4.    Perbedaan suhu siang haridenganmalamharisangattinggi(siangdapat mencapai 45 C, malam dapat turun sampai 0 C)
5.    Tanah sangat tandus karena tidak mampu menyimpan air
Lingkungan biotik:
•    Flora: tumbuhan yang tumbuh adalah tumbuhan yang dapat beradaptasi dengan daerah kering (tumbuhan serofit).
•    Fauna: hewan besar yang hidup di gurun umumnya yang mampu menyimpan air, misalnya unta, sedang untuk hewan-hewan kecil misalnya kadal, ular, tikus, semut, hanya pada pagi hari, pada siang hari yang terik mereka hidup pada lubang-lubang.
2. Bioma Padang Rumput
Bioma padang rumput membentang mulai dari daerah tropis sampai dengan daerah beriklim sedang, seperti Hongaria, Rusia Selatan, Asia Tengah, Amerika Selatan, Australia.
Ciri-ciri:
1.    Curah hujan antara 25 – 50 cm/tahun, di beberapa daerah padang rumput curah hajannya dapat mencapai 100 cm/tahun.
2.    Curah hujan yang relatif rendah turun secara tidak teratur.
3.    Turunnya hujan yang tidak teratur tersebut menyebabkan porositas dan drainase kurang baik sehingga tumbuh-tumbuhan sukar mengambil air.
Lingkungan biotik:
•    Flora: tumbuhan yang mampu beradaptasi dengan daerah dengan porositas dan drainase kurang baik adalah rumput, meskipun ada pula tumbuhan lain yang hidup selain rumput, tetapi karena mereka merupakan vegetasi yang dominan maka disebut padang rumput. Nama padang rumput bermacam-macam seperti stepa di Rusia Selatan, puzta di Hongaria, prairi di Amerika Utara dan pampa di Argentina.
•    Fauna: bison dan kuda liar (mustang) di Amerika, gajah dan jerapah di Afrika, domba dan diAustralia. Karnivora: singa, srigala, anjing liar, cheetah.
3. Bioma Sabana
Bioma sabana adalah padang rumput dengan diselingi oleh gerombolan pepohonan. jenis tumbuhan yang menyusunnya, sabana dibedakan menjadi dua, yaitu sabana murni dan campuran.
•    Sabana murni : bila pohon-pohon yang menyusunnya hanya terdirin atas satu jenis saja.
•    Sabana campuran : bila pohon-pohon penyusunnya terdiri dari
campuran berjenis-jenis pohon.
4. Bioma Hutan Tropis
Bioma hutan tropis merupakan bioma yang memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan dan yang paling tinggi. Meliputi daerah aliran sungai Amazone-Orinaco, Amerika Tengah, besar daerah Asia Tenggara dan Papua Nugini, dan lembah Kongo di Afrika.
Ciri-ciri:
1.    Curah hajannya tinggi, merata sepanjang tahun, yaitu antara 200 – 225 cm/tahun.
2.    Matahari bersinar sepanjang tahun.
3.    Dari bulan satu ke bulan yang lain perubahan suhunya relatif kecil.
4.    Di bawah kanopi atau tudung pohon, gelap sepanjang hari, sehingga tidak ada perubahan suhu antara siang dan malam hari.
•    Flora: pada biorna hutan tropis terdapat beratus-ratus spesies tumbuhan. Pohon-pohon utama dapat mencapai ketinggian 20 – 40 m, dengan cabang-cabang berdaun lebat membentuk suatu tudung atau kanopi. Tumbuhan khas yang dijumpai adalah liana dan epifit. Liana adalah tumbuhan yang di permukaan hutan, contoh: rotan. Epifit adalah tumbuhan yang menempel pada batang-batang pohon, dan tidak merugikan pohon tersebut, contoh: Anggrek, paku Sarang Burung.
•    Fauna: di daerah tudung yang cukup sinar matahari, pada siang hari hidup hewan-hewan yang bersifat diurnal yaitu hewan yang aktif pada siang hari, di daerah bawah kanopi dan dasar hidup hewan-hewan yang bersifat nokfurnal yaitu hewan yang aktif pada malam
hari, misalnya: burung hantu, babi hutan,kucing hutan, macan tutul.
5. Hutan Musim
Di daerah tropis, selain hutan tropis terdapat pula hutan musim. Ciri tumbuhan yang membentuk formasi hutan musim:
Pohon-pohonnya tahan dari kekeringan dan termasuk tumbuhan tropofit, artinya mampu beradaptasi terhadap keadaan kering dan keadaan basah pada saat musim kemarau (kering), daunnya meranggas, sebaliknya saat musim hujan, daunnya lebat. Hutan musim biasa diberi nama sesuai dengan tumbuhan yang dominan, misalnya: hutan jati, hutan angsana. Di Indonesia, hutan musim dapat ditemukan di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Fauna yang banyak ditemukan rusa, babi hutan, harimau.
6. Hutan Lumut
Hutan lumut banyak ditemukan di lereng gunung atau pegunungan yang terletak pada ketinggian di atas batas kondensasi uap air. Disebut hutan lumut karena vegetasi yang dominan adalah tumbuhan lumut. Lumut yang tumbuh tidak hanya di permakean tanah dan bebatuan, tetapi mereka pun menutupi batang-batang pohon berkayu. Jadi pada hutan lumut, yang tumbuh tidak hanya lumut saja, melainkan hutan yang banyak pepohonannya yang tertutup oleh lumut. Sepanjang hari hampir selalu hujan karena kelembaban yang tinggi dan suhu rendah menyebabkan timbulnya embun terus-menerus.
7. Bioma Hutan Gugur (Deciduous Forest)
Ciri khas bioma hutan gugur adalah tumbuhannya sewaktu musim dingin, daun-daunnya meranggas. Bioma ini dapat dijumpai di Amerika Serikat, Eropa Barat, Asia Timur, dan Chili.
Ciri-ciri:
•    Curah hujan merata sepanjang tahun, 75 – 100 cm/tahun.
•    Mempunyai 4 musim: musim panas, musim dingin, musim gugur dan
musim semi
•    Keanekaragaman jenis tumbuhan lebih rendah daripada bioma hutan
tropis.
Musim panas pada bioma hutan gugur, energi radiasi matahari yang diterima cukup tinggi, demikian pula dengan presipitasi (curah hujan) dan kelembaban. Kondisi ini menyebabkan pohon-pohon tinggi tumbuh dengan baik, tetapi cahaya masih dapat menembus ke dasar, karena dedaunan tidak begitu lebat tumbuhnya. Konsumen yang ada di daerah ini adalah serangga, burung, bajing, dan racoon yaitu hewan sebangsa luwak/musang.
Pada saat menjelang musim dingin, radiasi sinar matahari mulai berkurang, subu mulai turun. Tumbuhan mulai sulit mendapatkan air sehingga daun menjadi merah, coklat akhirnya gugur, sehingga musim itu disebut musim gugur.
Pada saat musim dingin, tumbuhan gundul dan tidak melakukan kegiatan fotosentesis. Beberapa jenis hewan melakukan hibernasi (tidur pada musim dingin). Menjelang musim panas, suhu naik, salju mencair, tumbuhan mulai berdaun kembali (bersemi) sehingga disebut musim semi.
8. Bioma Hutan Taiga / Hutan Homogen
Bioma ini kebanyakan terdapat di daerah antara subtropika dengan daerah kutub, seperti di daerah Skandinavia, Rusia, Siberia, Alaska, Kanada.
Ciri-ciri bioma hutan taiga:
1.    Perbedaan antara suhu musim panas dan musim dingin cukup tinggi, pada musim panas suhu tinggi, pada musim dingin suhu sangat rendah.
2.    Pertumbuhan tanaman terjadi pada musim panas yang berlangsung antara 3 sampai 6 bulan.
3.    Flora khasnya adalah pohon berdaun jarum/pohon konifer, contoh pohon konifer adalah Pinus merkusii (pinus). Keanekaragaman tumbuhan di bioma taiga rendah, vegetasinya nyaris seragam, dominan pohon-pohon konifer karena nyaris seragam, hutannya disebut hutan homogen. Tumbuhannya hijau sepanjang tahun, meskipun dalam musim dingin dengan suhu sangat rendah.
4.    Fauna yang terdapat di daerah ini adalah beruang hitam, ajak, srigala dan burung-burung yang bermigrasi kedaerah tropis bila musim dingin tiba. Beberapa jenis hewan seperti tupai dan mammalia kecil lainnya maupun berhibernasi pada saat musim dingin.
9. Bioma Hutan Tundra
Bioma ini terletak di kawasan lingkungan Kutub Utara sehingga iklimnya adalah iklim kutub. Istilah tundra berarti dataran tanpa pohon, vegetasinya didominasi oleh lumut dan lumut kerak, vegetasi lainnya adalah rumput-rumputan dan sedikit tumbuhan berbunga berukuran kecil.
Ciri-ciri:
1.    Mendapat sedikit energi radiasi matahari, musim dingin sangat panjang dapat berlangsung selama 9 bulan dengan suasana gelap.
2.    Musim panas berlangsung selama 3 bulan, pada masa inilah vegetasi mengalami pertumbuhan.
3.    Fauna khas bioma tundra adalah “Muskoxem” (bison berhulu tebal) dan Reindeer/Caribou (rusa kutub).
10. Hutan Bakau / Mangrove
Hutan bakau/mangrove banyak ditemukan di sepanjang pantai yang landai di daerah tropik dan subtropik. Tumbuhan yang dominan adalah pohon bakau (Rhizophora sp), sehingga nama lainnya adalah hutan bakau, selain pohon bakau ditemukan pula pohon Kayu Api (Avicennia) dan pohon Bogem (Bruguiera).
Ciri-ciri:
1.    Kadar garam air dan tanahnya tinggi.
2.    Kadar O2 air dan tanahaya rendah.
3.    Saat air pasang, lingkungannya banjir, saat air surut lingkungannya becek dan herlumpur.
Dengan kondisi kadar garam tinggi, menyebabkan tumbuhan bakau sukar menyerap air meskipun lingkungan sekitar banyak air, keadaan ini dikenal dengan nama kekeringan fisiologis. Untuk menyesuaikan dengan lingkungan tersebut tumbuhan bakau memiliki dedaunan yang tebal dan kaku, berlapiskan kutikula sehingga dapat mencegah terjadinya penguapan yang terlalu besar.
Untuk menyesuaikan diri dengan kadar O2 rendah, tumbuhan bakau memiliki akar nafas yang berfungsi menyerap O2 langsung dari udara. Agar individu baru tidak dihanyutkan oleh arus air akibat adanya pasang naik dan pasang surut terutama pada bakau kita dapati suatu fenomena yang dikenal dengan nama VIVIPARI yang artinya adalah berkecambahnya biji selagi biji masih terdapat dalam buah, belum tanggal dari pohon induknya, dapat membentuk akar yang kadang-kadang dapat mencapai 1 meter panjangnya.
Jika biji yang sudah berkecambah tadi lepas dari pohon induknya maka dengan akar yang panjang tersebut dapat menancap cukup dalam di dalam lumpur, sehingga tidak akan terganggu dengan arus air yang terjadi pada gerakan pasang dan surut.
Hutan bakau di Indonesia terdapat di sepanjang pantai timur Sumatra, pantai barat dan selatan Kalimantan dan sepanjang pantai Irian, di Pulau Jawa hutan bakau yang agak luas masih tersisa di sekitar Segara Anakan dekat Cilacap yang merupakan muara sungai Citanduy.
Jenis-jenis hewan yang dapat ditemukan dalam lingkungan hutan bakau terutama adalah ikan dan hewan-hewan melata (buaya, biawak) dan burung-burung yang bersarang di atas pohon-pohon bakau.
Ekosistem Air Tawar
Ekosistem akuatik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Ekosistem air tawar
2. Ekosistem air laut
Ekosistem air tawar dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Ekosistem air tenang (lentik) misalnya: danau, rawa.
2. Ekosistem air mengalir (lotik) misalnya: sungai, air terjun.
Ciri-ciri ekosistem air tawar:
•    Kadar garam/salinitasnya sangat rendah, bahkan lebih rendah dari
kadar garam protoplasma organisme akuatik.
•    Variasi suhu sangat rendah.
•    Penetrasi cahaya matahari kurang.
•    Dipengaruhi oleh iklim dan cuaca.
Flora ekosistem air tawar:
Hampir semua golongan tumbuhan terdapat pada ekosistem air tawar, tumbuhan tingkat tinggi (Dikotil dan Monokotil), tumbuhan tingkat rendah (jamur, ganggang biru, ganggang hijau).
Fauna ekosistem air tawar:
Hampir semua filum dari dunia hewan terdapat pada ekosistem air tawar, misalnya protozoa, spans, cacing, molluska, serangga, ikan, amfibi, reptilia, burung, mammalia. Ada yang selalu hidup di air, ada pula yang ke air bila mencari makanan saja.
Hewan yang selalu hidup di air mempunyai cara beradaptasi dengan lingkungan yang garam rendah. Pada ikan dimana kadar garam protoplasmanya lebih tinggi daripada air, mempunyai cara beradaptasi sebagai berikut:
o    Sedikit minum, sebab air masuk ke dalam tubah secara terus-menerus melalui proses osmosis.
o    Garam dari dalam air diabsorbsi melalui insang secara aktif
o    Air diekskresikan melalui ginjal secara berlebihan, juga diekskresikan melalui insang dan saluran pencernaan.
Pengelompokkan Organisme Pada Ekosistem Air Tawar
1.    Berdasarkan cara memperoleh makanan atau energi, dibagi menjadi 2 kelompok:
a. Organisme autotrof: organisme yang dapat mensintesis makanannya sendiri. Tumbuhan hijau tergolong organisme autotrof, peranannya sebagai produsen dalam ekosistem air tawar.
b. Fagotrof dan Saprotrof: merupakan konsumen dalam ekosistem air tawar. Fogotrof adalah pemakan organisme lain, sedang Saprotrof adalah pemakan sampah atau sisa organisme lain.
2.    Berdasarkan kebiasaan kehidupan dalam air, organisme air tawar dibedakan atas 5 macam:
a.Plankton: terdiri atas fitoplankton (plankton tumbahan) dan zooplankton (plankton hewan), merupakan organisme yang gerakannya pasif selalu dipengaruhi oleh arus air.
b.Nekton: organisme yang bergerak aktif berenang. Contoh: ikan, serangga air.
c.Neston: organisme yang beristirahat dan mengapung di permukaan air.
d.Bentos: organisme yang hidup di dasar perairan.
e.Perifiton: organisme yang melekat pada suatu substrat (batang, akar, batu-batuan) di perairan.
3.Berdasarkan fungsinya, organisme air tawar dibedakan menjadi 3 macam:
a.Produsen: terdiri dari Bolongan ganggang, ganggang hijau dan ganggang biru, golongan spermatophyta, misal: eceng gondok, teratai, kangkung, genger, kiambang.
b.Konsumen: meliputi hewan-hewan, serangga, udang, siput, cacing, dan hewan-hewan lainnya.
c.Dekomposer/pengurai: sebagian besar terdiri atas bakteri dan mikroba lain.
Berdasarkan intensitas cahaya, ekosistem air tawar dibedakan menjadi 3 daerah, yaitu:
a.Daerah litoral: daerah air dangkal, sinar matahari dapat menembus sampai dasar perairan organisme daerah litoral adalah tumbuhan yang berakar, udang, cacing dan fitoplankton.
b. Daerah limnetik: daerah terbuka yang masih dapat ditembus oleh cahaya matahari. Organisme daerah ini adalah plankton, neston dan nekton.
c.Daerah profundal: daerah dasar perairan tawar yang dalam sehingga sinar matahari tidak dapat menembusnya. Produsen sudah tidak ditemukan lagi.


Ekosistem Air Laut
Ekosistem air laut luasnya lebih dari 2/3 permukaan bumi ( + 70 % ), karena luasnya dan potensinya sangat besar, ekosistem laut menjadi perhatian orang banyak, khususnya yang berkaitan dengan REVOLUSI BIRU.
Ciri-ciri:
a.Memiliki kadar mineral yang tinggi, ion terbanyak ialah Cl`(55%), namun kadar garam di laut bervariasi, ada yang tinggi (seperti di daerah tropika) dan ada yang rendah (di laut beriklim dingin).
b.Ekosistem air laut tidak dipengaruhi oleh iklim dan cuaca.
Pembagian daerah ekosistem air laut
1. Daerah Litoral / Daerah Pasang Surut: Daerah litoral adalah daerah yang langsung berbatasan dengan darat. Radiasi matahari, variasi temperatur dan salinitas mempunyai pengaruh yang lebih berarti untuk daerah ini dibandingkan dengan daerah laut lainnya. Biota yang hidup di daerah ini antara lain: ganggang yang hidup sebagai bentos, teripang, binatang laut, udang, kepiting, cacing laut.
2. Daerah Neritik: Daerah neritik merupakan daerah laut dangkal, daerah ini masih dapat ditembus cahaya sampai ke dasar, kedalaman daerah ini dapat mencapai 200 m. Biota yang hidup di daerah ini adalah plankton, nekton, neston dan bentos.
3. Daerah Batial atau Daerah Remang-remang: Kedalamannya antara 200 – 2000 m, sudah tidak ada produsen. Hewannya berupa nekton.
4. Daerah Abisal: Daerah abisal adalah daerah laut yang kedalamannya lebih dari 2000 m. Daerah ini gelap sepanjang masa, tidak terdapat produsen.
Berdasarkan intensitas cahayanya, ekosistem laut dibedakan menjadi 3 bagian:
a.Daerah fotik: daerah laut yang masIh dapat ditembus cahaya matahari, kedalaman maksimum 200 m.
b.Daerah twilight: daerah remang-remang, tidak efektif untuk kegiatan fotosintesis, kedalaman antara 200 – 2000 m.
c.Daerah afotik: daerah yang tidak tembus cahaya matahari. Jadi gelap sepanjang masa.
Komunitas di Dalam Ekosistem Air Laut
Menurut fungsinya, komponen biotik ekosistem laut dapat dibedakan menjadi 4, yaitu:
a.Produsen terdiri atas fitoplankton dan ganggang laut lainnya.
b.Konsumen terdiri atas berbagai jenis hewan. Hampir semua filum hewan ditemukan di dalam ekosistem laut.
c.Zooplaokton terdiri atas bakteri dan hewan-hewan pemakan bangkai atau sampah.
Pada ekosistem laut dalam, yaitu pada daerah batial dan abisal merupakan daerah gelap sepanjang masa.
Di daerah tersebut tidak berlangsung kegiatan fotosintesis, berarti tidak ada produsen, sehingga yang ditemukan hanya konsumen dan dekompos saja. Ekosistem laut dalam merupakan suatu ekosistem yang tidak lengkap.
Adaptasi biota laut terhadap lingkungan yang berkadar garam tinggi:
Pada hewan dan tumbuhan tingkat rendah tekanan osmosisnya kurang lebih sama dengan tekanan osmosis air laut sehingga tidak terlalu mengalami kesulitan untuk beradaptasi. Tetapi bagaimanakah dengan hewan tingat tinggi, seperti ikan yang mempunyai tekanan osmosis jauh lebih rendah daripada tekanan osmosis air laut. Cara ikan beradaptasi dengan kondisi seperti itu adalah:
•    hanyak minum
•    air masuk ke jaringan secara osmosis melalui usus
•    sedikit mengeluarkan urine
•    pengeluaran air terjadi secara osmosis
•    garam-garam dikeluarkan secara aktif melalui insang
Ekosistem Pantai
Daerah pantai merupakan daerah perbatasan antara ekosistem laut dan ekosistem darat. Karena hempasan gelombang dan hembusan angin maka pasir dari pantai membentuk gundukan ke arah darat. Setelah gundukan pasir itu biasanya terdapat hutan yang dinamakan hutan pantai.
Tumbahan pada hutan pantai cukup beragam. Tumbuhan tersebut bergerombol membentuk unit-unit tertentu sesuai dengan habitatnya. Suatu unit vegetasi yang terbentuk karena habitatnya disebut formasi. Setiap formasi diberi nama sesuai dengan spesies tumbuhan yang paling dominan.
Berdasarkan susunan vegetasinya, ekosistem hutan pantai dapat dibedakan menjadi 2, yaitu formasi Pres-Caprae dan formasi Baringtonia.
 1.Formasi Pres-Caprae
Pada formasi ini, tumbuhan yang dominan adalah Ipomeea pres-caprae, tumbuhan lainnya adalah Vigna, Spinifex littoreus (rumput angin), Canavalia maritime, Euphorbia atoto, Pandanus tectorius (pandan), Crinum asiaticum (bakung), Scaevola frutescens (babakoan).
2.Formasi Baringtonia
Vegetasi dominan adalah pohon Baringtonia (butun), tumbuhan lainnya adalah Callophylum inophylum (nyamplung), Erythrina, Hernandia, Hibiscus tiliaceus (waru laut), Terminalia catapa (ketapang).
Di daerah pasang surut sendiri dapat terbentak hutan, yaitu hutan bakau. Hutan bakau biasanya sangat sukar ditempuh manusia karena banyaknya akar dan dasarnya terdiri atas lumpur.

Tugas:
1.    Buatlah artikel yang menjelaskan tentang mengap terjadi perbedaan mahluk hidup di setiap bioma diatas.!
2.    Carilah Peta persebaran/agihan bioma di dunia.! (usahakan dalam bentuk file)

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEBARAN MAKHLUK HIDUP

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEBARAN MAKHLUK HIDUP
1. Faktor Peristiwa Glasial-Interglasial (Geologi)
Zaman es adalah suatu waktu di mana suhu iklim bumi turun menyebabkan peningkatan jumlah pembentukan es di kutub dan gletser gunung.
Definisi
Zaman es adalah waktu suhu menurun dalam jangka masa yang lama dalam iklim bumi, menyebabkan peningkatan dalam keluasan es di kawasan kutub dan gletser gunung. Secara geologis, zaman es sering digunakan untuk merujuk kepada waktu lapisan es di belahan bumi utara dan selatan; dengan denifisi ini kita masih dalam zaman es. Secara awam, dan untuk waktu 4 juta tahun kebelakangan, definisi zaman es digunakan untuk merujuk kepada waktu yang lebih dingin dengan tutupan es yang luas di seluruh benua Amerika Utara dan Eropa.
Penyebab terjadinya zaman es salah satunya adalah akibat terjadinya proses pendinginan aerosol yang sering menimpa planet bumi. Letusan gunung Krakatau adalah salah satu contohnya dalam skala kecil sedangkan salah satu teori kepunahan dinosaurus (tumbukan Chicxulub) adalah salah satu contoh skala besar.
Zaman Es Terakhir
Dari segi pandang sudut di atas, zaman es terakhir dimulai sekitar 20.000 tahun yang lalu dan berakhir kira-kira 10.000 tahun lalu atau pada awal kala Holocene (akhir Pleistocene). Proses pelelehan es di zaman ini berlangsung relatif lama dan beberapa ahli membuktikan proses ini berakhir sekitar 6.000 tahun yang lalu.
Zaman Es di Nusantara
Ketika zaman es, pemukaan air laut jauh lebih rendah daripada sekarang, karena banyak air yang membeku di daerah kutub. Kala itu Laut China Selatan kering, sehingga kepulauan Nusantara barat tergabung dengan daratan Asia Tenggara. Sementara itu pulau Papua juga tergabung dengan benua Australia. Setelah peristiwa pelelehan es tersebut, gelombang migrasi manusia ke Nusantara mulai terjadi.
Dari teori ini pun kami berpendapat bahwa sebenarnya ada sejumlah mahluk hidup yang sejenis yang tinggal pada satu tempat yang sama pada jaman es. Saat es mencair dan daratan terpencar dan didukung peristiwa – peristiwa alam lainnya, kami berpendapat bahwa flora atau fauna yang bersatu tadi menjadi terpisah di daerah yang berbeda, contonya kemiripan pada gajah Sumatera dan Gajah di Thailand, karena meletusnya Gunung Krakatau, gajah itu pun terpencar.
Ini juga dibuktikan dengan wilayah Indonesia yang menjadi tiga bagian berdasarkan jenis hewannya, barat, peralihan, dan timur. Dimana, pada setiap bagian memiliki hewan-hewan dengan ciri-ciri yang khusus terutama pada bagian fisiknya.
Keanekaragaman dan perbedaan fauna di Indonesia dipengaruhi oleh keadaan alam, gerakan hewan dan rintangan alam. Fauna atau dunia hewan di Indonesia digolongkan menjadi tiga kelompok berdasarkan pengelompokan oleh Alfred Russel Wallace dan Max Wilhelm Carl Weber. Secara ringkas tiga kelompok fauna di Indonesia adalah ebagai berikut :
    Fauna tipe Asiatis, menempati bagian barat Indonesia sampai Selat Makasar dan Selat Lombok. Di daerah ini terdapat berbagai jenis hewan menyusui yang besar seperti gajah, harimau, badak, beruang, orang utan.
    Fauna tipe Australis, menempati bagian timur Indonesia, meliputi Papua dan pulau-pulau sekitarnya. Di daerah ini terdapat jenis hewan seperti kangguru, burung kasuari, cendrawasih, kakaktua.
    Fauna Peralihan dan asli, terdapat di bagian tengah Indonesia, meliputi Sulawesi dan daerah Nusa Tenggara. Di daerah ini terdapat jenis hewan seperti kera, kuskus, babi rusa, anoa dan burung maleo.

2) Perbedaan Suhu
a. Iklim (klimatik) Iklim berpengaruh besar terhadap kehidupan. Unsur-unsur iklim sebagai berikut:
1. Suhu
Kodisi suhu udara sangat berpengaruh terhadap tumbuh-tumbuhan dan hewan, karena jenis spesies tertentu memiliki persyaratan suhu lingkungan yang ideal atau suhu optimum bagi kehidupannya, serta batas suhu maksimum dan minimum untuk tumbuh yang dinamakan tolerensi spesies terhadap suhu. Suhu bagi tumbuh-tumbuhan merupakan faktor pengontrol bagi persebarannya sesuai dengan letak lintang, ketinggian dan sebagainya. Penamaan habitat tumbuhan biasanya sama dengan nama-nama wilayah berdasarkan lintang buminya, seperti vegetasi hutan tropik, vegetasi lintang sedang, dan sebagainya.
2. Kelembaban udara
Kelembaban berpengaruh langsung terhadap kehidupan tumbuhan. Ada tumbuhan yang sangat cocok hidup di daerah kering, daerah lembab bahkan ada yang dapat hidup di daerah yang sangat basah.Berdasarkan tingkat kelembaban lingkungan habitatnya, dunia tumbuhan dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Xerophyta (Xerofit), yaitu tumbuhan yang sangat tahan terhadap lingkungan kering atau kondisi kelembaban udara yang sangat rendah, misalnya kaktus.
b. Mesophyta (Mesofit), yaitu tumbuhan yang sangat cocok hidup di lingkungan yang lembab tetapi tidak basah, seperti anggrek dan cendawan.
c. Hygrophyta (Higrofit), yaitu tumbuhan yang sangat cocok hidup di daerah basah, seperti teratai, eceng gondok, dan selada air
d. Tropophyta (Tropofit), yaitu jenis tumbuh-tumbuhan yang mampu beradaptasi terhadap perubahan musim hujan dan musim kemarau. Tropophyta merupakan tumbuhan khas iklim muson tropik. Kaktus Anggrek Lotus Cendawan/jamur
3. Angin Angin sangat membantu dalam proses penyerbukan atau pembuahan beberapa jenis tumbuhan, sehingga proses regenerasi tumbuhan dapat berlangsung. Bahkan ada tumbuhan tertentu yang penyebaran benihnya dilakukan oleh angin. Contohnya, ilalang atau sejenis rumput-rumputan.
4. Curah hujan Untuk memenuhi kebutuhan akan air, tumbuh-tumbuhan sangat tergantung pada curah hujan dan kelembaban udara. Banyak sedikitnya jumlah curah hujan di suatu tempat akan membentuk karakter yang khas bagi formasi-formasi vegetasi di muka bumi. Kekhasan jenis-jenis vegetasi, dapat mengakibatkan adanya hewan-hewan yang khas pada lingkungan vegetasi tertentu, karena tunbuh-tumbuhan merupakan produsen yang menyediakan makanan bagi hewan. Misalnya, di daerah padanh rumput akan terdapat hewan khas seperti kijang, biri-biri, dan sapi, sedangkan hewan pemangsanya adalah singa dan harimau.
3) Edafik
Tanah banyak mengandung unsur-unsur kimia yang diperlukan bagi pertumbuhan flora di dunia. Kadar kimiawi berpengaruh terhadap tingkat kesuburan tanah. Keadaan struktur tanah berpengaruh terhadap sirkulasi udara di dalam tanah sehingga memungkinkan akar tanaman dapat bernafas dengan baik. Keadaan tekstur tanah berpengaruh pada daya serap tanah terhadap air. Suhu tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan akar serta kondisi air di dalam tanah. Komposisi tanah umumnya terdiri dari bahan mineral anorganik (70%-90%), bahan organik (1%-15%), udara dan air (0-9%). Hal-hal di atas menunjukkan betapa pentingnya faktor tanah bagi pertumbuhan tanaman. Perbedaan jenis tanah menyebabkan perbedaan jenis dan keanekaragaman tumbuhan yang dapat hidup di suatu wilayah. Contohnya di Nusa Tenggara jenis hutannya adalah Sabana karena tanahnya yang kurang subur. Perhatikan hutan di daerah yang subur di pegunungan dengan hutan di daerah yang tanahnya banyak mengandung kapur atau tanah liat. Apakah ada perbedaan keanekaragaman tanamannya? 

Gambar 1.4. Tanaman di daerah rawa ini tidak subur karena
mineral sukar menyerap melalui lumpur.
Lahan, hampir semua fauna daratan menggunakan lahan sebagai media untuk berpindah tempat.
4) Aktifitas Manusia
Aktifitas manusia yang merusak alam membuat banyak flora dan fauna kehilangan habitatnya. Mereka mencari tempat yang aman untuk melanjutkan hidupnya. Dengan demikian, hal ini pun mempengaruhi persebaran flora fauna di sejumlah tempat.
5) Seleksi Alam
Seleksi alam yang dimaksud dalam teori evolusi adalah teori bahwa makhluk hidup yang tidak mampu beradaptasi dengan lingkungannya lama kelamaan akan punah. Yang tertinggal hanyalah mereka yang mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Dan sesama makhluk hidup akan saling bersaing untuk mempertahankan hidupnya.
Contoh seleksi alam misalnya yang terjadi pada ngengat biston betularia. Ngengat biston betularia putih sebelum terjadinya revolusi industri jumlahnya lebih banyak daripada ngengat biston betularia hitam. Namun setelah terjadinya revolusi industri, jumlah ngengat biston betularia putih lebih sedikit daripada ngengat biston betularia hitam. Ini terjadi karena ketidakmampuan ngengat biston betularia putih untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Pada saat sebelum terjadinya revolusi di Inggris, udara di Inggris masih bebas dari asap industri, sehingga populasi ngengat biston betularia hitam menurun karena tidak dapat beradaptsi dengan lingkungannya. namun setelah revolusi industri, udara di Inggris menjadi gelap oleh asap dan debu industri, sehingga populasi ngengat biston betularia putih menurun karena tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan, akibatnya mudah ditangkap oleh pemangsanya.
Kesimpulan
Kami menarik kesimpulan bahwa persebaran flora dan fauna disebabkan oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut baik dari alam maupun tindakan yang disengaja oleh manusia.
AWAN
1.    PENGERTIAN AWAN
Awan adalah massa terlihat dari tetesan air atau kristal beku tergantung di atmosfer di atas permukaan bumi atau tubuh planet lain. Awan juga massa terlihat yang tertarik oleh gravitasi, seperti massa materi dalam ruang yang disebut awan antar bintang dan nebula. Awan dipelajari dalam ilmu awan atau fisika awan, suatu cabang meteorologi.
Di Bumi substansi biasanya kondensasi uap air. Dengan bantuan partikel higroskopis udara seperti debu dan garam dari laut, tetesan air kecil terbentuk pada ketinggian rendah dan kristal es pada ketinggian tinggi bila udara didinginkan untuk jenuh oleh konvektif lokal atau lebih besar mengangkat non-konvektif skala. Pada beberapa kasus, awan tinggi mungkin sebagian terdiri dari tetesan air superdingin. Tetesan dan kristal biasanya sekitar 0,01 mm (0,00039 in) diameter. Para agen yang paling umum dari lift termasuk pemanasan matahari di siang hari dari udara pada tingkat permukaan, angkat frontal yang memaksa massa udara lebih hangat akan naik lebih dari atas sebuah airmass pendingin, dan mengangkat orografik udara di atas gunung. Ketika naik udara, mengembang sebagai tekanan berkurang. Proses ini mengeluarkan energi yang menyebabkan udara dingin. Ketika dikelilingi oleh milyaran tetesan lain atau kristal mereka menjadi terlihat sebagai awan. Dengan tidak adanya inti kondensasi, udara menjadi jenuh dan pembentukan awan terhambat. dalam awan padat memperlihatkan pantulan tinggi (70% sampai 95%) di seluruh terlihat berbagai panjang gelombang. Mereka sehingga tampak putih, setidaknya dari atas. tetesan Cloud cenderung menyebarkan cahaya efisien, sehingga intensitas radiasi matahari berkurang dengan kedalaman ke gas, maka abu-abu atau bahkan gelap kadang-kadang penampilan mereka di dasar awan . awan tipis mungkin tampak telah memperoleh warna dari lingkungan mereka atau latar belakang dan awan diterangi oleh cahaya non-putih, seperti saat matahari terbit atau terbenam, mungkin tampak berwarna sesuai. Awan terlihat lebih gelap di dekat-inframerah karena air menyerap radiasi matahari pada saat- panjang gelombang .



2.     PROSES TERBENTUKNYA AWAN
Awan itu sendiri terbentuk dari titik-titik uap air dari bumi (misalkan uap air laut) yang berkumpul di udara dan menempel pada media yang bisa ditempeli oleh uap air tersebut dalam ketinggian tertentu di atas permukaan bumi. Media yang dapat ditempeli oleh partikel-pertikel uap air tersebut biasanya adalah partikel garam dari lautan, atau asap dari bumi sehingga kumpulan partikel uap air tersebut membentuk gumpalan awan yang besar. Awan ini merupakan bibit hujan yang bergerak sesuai dengan arah tiupan angin.

     Awan hangat yang terbentuk dari partikel air dapat menyebabkan terjadinya hujan gerimis. Awan hangat ini dapat jatuh ke permukaan bumi karena pengaruh gravitasi dan saat jatuh ke bumi masih berwujud kumpulan partikel air yang kecil. Dalam perjalanan jatuh ke bumi, kumpulan partikel air ini ada yang menguap dalam perjalanan sehingga ia tidak sampai ke permukaan bumi, akan tetapi ada juga yang dapat sampai ke permukaan bumi sehingga membentuk hujan gerimis.
Awan hangat juga dapat membentuk hujan lebat, proses terjadinya dimulai saat partikel air dari awan hangat ini jatuh kedalam awan yang berada dibawahnya dan saling bertabrakan sehingga membentuk tetesan air yang lebih besar. Tetesan air yang jatuh ke bumi ini dapat bergabung dengan tetesan dari awan lain sehingga membentuk hujan yang lebat.

     Selain terbentuk dari awan hangat, hujan lebat juga dapat terbentuk dari awan dingin yang terbentuk dari kristal es dan partikel air yang berada jauh lebih tinggi dari pada awan hangat. Uap air atau partikel air akan menempel pada kristal es dan ikut membeku sehingga kristal es ini semakin membesar dan berat. Karena kristal es tersebut semakin besar karena tertempeli oleh uap air yang ikut membeku, maka ia akan semakin berat dan akhirnya jatuh ke permukaan bumi. Dalam perjalanan jatuh, udara yang hangat akan mencairkan kristal es tersebut sehingga yang jatuh ke permukaan bumi hanya berwujud tetesan air atau hujan yang lebat. Bila udara yang dilewati kristal es ini ketika jatuh dingin (misalnya didaerah yang beriklim dingin) maka kristal es ini akan jatuh tetap pada wujud kristal, dan yang terjadi adalah hujan salju.



3.    JENIS-JENIS AWAN BERDASARKAN BENTUKNYA

Berdasarkan bentuknya, awan terbagi menjadi beberapa jenis :
a.    Awan Kumulus, yaitu awan yang bergumpal dan bentuk dasarnya horizontal
b.    Awan Stratus, yaitu awan tipis yang tersebar luas dan menutupi langit secara merata
c.    Awan Cirrus, yaitu awan yang berdiri sendiri, halus dan berserat, sering terdapat kristal es tetapi tak menimbulkan hujan

4.    JENIS-JENIS AWAN BERDASARKAN KETINGGIANNYA
a.    Awan Tinggi
Bentuk awan tinggi antara 10.000 dan 25.000 kaki (3.000 dan 8.000 m) di daerah kutub , 16.500 dan 40.000 kaki (5.000 dan 12.000 m) di daerah beriklim sedang dan 20.000 dan 60.000 kaki (6.000 dan 18.000 m) di daerah tropis .
Awan di ketinggian ini meliputi:
1.    Genus Cirrus (Ci): gumpalan awan putihberserat kristal es halus yang terlihat jelas di langit biru. Secara umum non-konvektif kecuali castellanus dan spesies floccus.
o    Spesies fibratus Cirrus (Ci fi): cirrus berserat tanpa jumbai atau kait.
o    Spesies uncinus Cirrus (Ci UNC): Hooked cirrus filamen.
o    Spesies spissatus Cirrus (Ci spi): cirrus Patchy padat.
o    Spesies castellanus Cirrus (Ci cas): Sebagian cirrus menara.
o    Spesies floccus Cirrus (Ci flo): Sebagian cirrus berumbai.
2.    Genus Cirrocumulus (Cc): lapisan awan yang tampak seperti ombak di pasir pantai, berbentuk bulat kecil atau serpih dan bewarna putih yang berkelompok atau berbaris.
o    Spesies Cirrocumulus stratiformis (Cc str): Sheets atau patch yang relatif datar cirrocumulus.
o    Spesies Cirrocumulus lenticularis (Cc len): Lens cirrocumulus berbentuk.
o    Spesies Cirrocumulus castellanus (Cc cas): cirrocumulus menara.
o    Spesies Cirrocumulus floccus (Cc flo): cirrocumulus berumbai.
3.    Genus Cirrostratus (Cs): A non-konvektif cadar tipis yang biasanya menimbulkan halos. Matahari dan bulan terlihat di garis yang jelas. Biasanya mengental menjadi menjelang altostratus depan hangat atau daerah tekanan rendah.
o    Spesies Cirrostratus fibratus (Cs fib): cirrostratus berserat kurang terlepas dari cirrus.
o    Spesies Cirrostratus nebulosus (Cs neb): rata selubung cirrostratus.
b.    Awan Tengah
Awan Tengah cenderung terbentuk pada 6.500 kaki (2.000 m), tetapi dapat terbentuk pada ketinggian sampai 13.000 kaki (4.000 m), 23.000 kaki (7.000 m) atau 25.000 kaki (8.000 m), tergantung pada daerah. Umumnya lebih hangat iklim, semakin tinggi dasar awan. Nimbostratus merupakan awan pada ketinggian menengah yang dapat bergerak turun hingga ketinggian rendah pada saat hujan. The World Meterological Organisasi mengklasifikasikan Nimbostratus sebagai awan menengah yang dapat mengentalkan ke dalam rentang ketinggian rendah selama hujan.
c.    Awan Rendah
Ini ditemukan dari dekat permukaan hingga 6.500 kaki (2.000 m) [2] dan termasuk Stratus genus. Ketika awan Stratus kontak dengan tanah, mereka disebut kabut , meskipun tidak semua bentuk kabut dari Stratus.
Awan rendah meliputi:
1.    Genus stratocumulus (Sc): awan konveksi yang sedikit biasanya dalam bentuk pola-pola tidak teratur atau bulat, mirip dengan altocumulus tetapi ukurannya lebih besar dan bewarna lebih gelap.
o    Spesies stratocumulus stratiformis (Sc str): Sheets atau patch yang relatif datar stratocumulus.
o    Spesies stratocumulus lenticularis (Sc len): Lens stratocumulus berbentuk.
o    Spesies stratocumulus castellanus (Sc cas): stratocumulus menara.
2.    Genus Stratus (St): awan berlapisan seragam yang menyerupai kabut tetapi tidak menyentuh ke permukaan tanah (relatif tinggi).
o    Spesies nebulosus Stratus (St cotok): rata selubung Stratus.
o    Spesies Stratus fractus (St fra): kasar putus selembar Stratus.
d.    Awan Rendah Tengah
Awan ini dapat didasarkan manapun dari permukaan dekat sekitar 10.000 kaki (3.000 m). Cumulus biasanya bentuk pada rentang ketinggian rendah tapi dasar akan naik ke bagian bawah kisaran menengah saat kondisi kelembaban relatif sangat rendah. Nimbostratus biasanya bentuk dari altostratus di tengah rentang ketinggian tapi dasar mungkin mereda ke kisaran rendah selama precipitaion. Kedua jenis awan dapat mencapai ketebalan yang signifikan dan kadang-kadang diklasifikasikan sebagai awan vertikal (Keluarga D), terutama di Eropa. Namun, cumulus biasa, menurut definisi, tidak sesuai dengan tingkat vertikal yang menjulang cumulus (kumulus congestus) atau paling cumulonimbus . Nimbostratus Sangat tebal dapat perkiraan cumulus menjulang, tetapi jatuh juga pendek tingkat vertikal awan cumulonimbus berkembang dengan baik.
e.    Awan Vertikal (Keluarga D)
Genus cumulonimbus (Cb): awan dengan massa besar dan menjulang dari ketinggian rendah hingga sangat tinggi, rawan badai dan petir. Mereka membentuk dalam massa udara yang sangat stabil, khususnya sepanjang front yang bergerak cepat dingin.
o    Spesies calvus cumulonimbus (Cb cal): awan cumulonimbus dengan sangat tinggi memotong puncak kubah-jelas mirip dengan gumpalan awan yang menjulang tinggi.
o    Spesies capillatus cumulonimbus (Cb cap): awan cumulonimbus dengan puncak yang sangat tinggi yang telah menjadi berserat karena adanya kristal es.
o    Fitur Supplimentary inkus capillatus cumulonimbus (Cb ink cap): Sebuah cumulonimbus inkus atas awan adalah salah satu yang telah menyebar ke bentuk landasan yang jelas sebagai akibat dari memukul lapisan inversi di bagian atas troposfer.
o     Fitur Supplimentary dengan mammatus cumulonimbus (Cb Mam): Sebuah dasar awan mammatus ditandai oleh gelembung-tonjolan ke bawah seperti menghadap disebabkan oleh downdrafts lokal dalam awan.





DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/awan
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Awan&oldid=5280475"


Rabu, 17 Oktober 2012

SALAM KENAL,,,

HIDUP MAHASISWA,,,,,,

ini blog terbaru himageo....
silahkan teman2 mengaksesnya..
insyaAllah akan diisi dengan berbagai informasi menarik untuk teman2 baca,,,,,,


selamat bergabung... :)